Sumber: The Motley Fool,Nasdaq,The Motley Fool | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Philippe Laffont, pendiri dan CIO dari hedge fund Coatue Management, menjual seluruh sahamnya di Super Micro Computer. Hal itu dilakukan untuk menambah posisi besar di CoreWeave, sebuah perusahaan infrastruktur cloud untuk beban kerja kecerdasan buatan (AI).
Keputusan ini sejalan dengan reputasinya sebagai investor yang kerap melihat potensi pertumbuhan teknologi lebih cepat dibanding pasar.
Coatue sendiri dikenal mampu mengungguli S&P 500 hingga sekitar 40 poin persentase dalam tiga tahun terakhir, seperti dicatat oleh The Motley Fool.
Baca Juga: Profil Masayoshi Son: Orang Terkaya Jepang, Pakar Investasi Teknologi
Tertarik Potensi CoreWeave
CoreWeave menjadi pilihan utama Laffont karena performa bisnisnya yang tengah melonjak, didukung oleh kebutuhan global terhadap infrastruktur AI berdaya besar.
Pada kuartal III 2025, pendapatan perusahaan tercatat tumbuh sekitar 134%, sementara nilai backlog kontrak meningkat hingga sekitar 271%. CoreWeave juga berhasil mengamankan kontrak besar dari perusahaan teknologi papan atas seperti OpenAI, Meta Platforms, Nvidia, dan Microsoft
Meski prospeknya kuat, CoreWeave tidak lepas dari risiko. Perusahaan ini menanggung beban utang besar, dan ekspansi cepat menyebabkan belanja modal meningkat signifikan.
Namun, manajemen menegaskan bahwa sebagian besar utang diambil berdasarkan kontrak yang sudah dikunci, sehingga peningkatan kapasitas dilakukan dengan perhitungan yang ketat.
Baca Juga: Tom Grogan Jual Rp 8,5 Triliun Saham Wingstop UK, Kini Bosan Jadi Kaya
Bagaimana Nasib Super Micro Computer?
Super Micro Computer kini tidak lagi dianggap menarik oleh Laffont, meski dikenal sebagai pemasok server AI yang gesit berkat pendekatan “building block".
Perusahaan telah mengalami tekanan kompetitif yang semakin besar. Hasilnya, perusahaan mencatat margin kotor Super Micro terus merosot selama empat kuartal berturut-turut.
Model bisnisnya sebagai perakit server berbasis chip dari Nvidia atau AMD membuat ruang inovasi menjadi terbatas. Posisi tawarnya kini semakin buruk, terutama di tengah persaingan ketat dengan raksasa seperti Dell Technologies.
Valuasi saham pun dinilai kurang menarik, dengan price-to-earnings yang relatif tinggi di tengah margin yang menyempit. Kombinasi semuanya membuat potensi keunggulan kompetitif jangka panjangnya menjadi sangat lemah.
Baca Juga: Kisah Alain & Gerard Wertheimer, Sang Pewaris Bisnis Mewah Chanel
Profil Philippe Laffont
Philippe Laffont adalah investor miliarder berdarah Belgia-Prancis yang membangun kariernya di Amerika Serikat.
Ia meraih gelar Sarjana dan Master bidang Ilmu Komputer dari Massachusetts Institute of Technology (MIT). Ilmu dari MIT memberinya dasar kuat untuk memahami evolusi teknologi.
Kariernya sebagai investor dimulai saat bekerja sebagai konsultan di McKinsey & Company pada awal 1990-an. Setelahnya, Laffont bergabung dengan Tiger Management sebagai analis riset pada 1996. Di Tiger, dasar pendekatannya sebagai investor teknologi semakin kuat.
Pada 1999, bersama saudaranya Thomas Laffont, ia mendirikan Coatue Management, hedge fund yang berfokus pada teknologi, media, telekomunikasi, dan sektor-sektor disruptif lainnya.
Coatue tumbuh menjadi salah satu hedge fund teknologi paling berpengaruh, dengan miliaran dolar aset kelolaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Laffont mendorong Coatue untuk semakin menyoroti pentingnya infrastruktur digital, seperti cloud AI, data center, dan komputasi berperforma tinggi.
Baca Juga: Cara Jack Dorsey Pertahankan Status Miliarder Setelah Tinggalkan Twitter
Selanjutnya: Strategi Bisnis Elon Musk: Kunci Sukses Membangun Inovasi
Menarik Dibaca: Katalog Promo JSM Alfamidi Periode 14-16 November 2025, Diskon Pesta Mangga!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













