Sumber: Joint Economic Commitee,US Congress,Britannica | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara terbuka menyampaikan keinginannya untuk memecat Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Trump bahkan menyebut Powell memiliki masalah mental.
"(Powell) memiliki masalah mental yang serius. Ada yang salah dengannya. Jujur saja, saya ingin sekali memecatnya. Dia seharusnya dipecat. Orang itu sangat tidak kompeten," kata Trump saat ia berbicara di Forum Investasi AS-Saudi di Kennedy Center di Washington pada hari Rabu (19/11/2025), dikutip Fox Business.
Trump telah berselisih dengan Powell dalam beberapa bulan terakhir terkait penolakan The Fed untuk menurunkan suku bunga secara lebih agresif.
Trump telah melobi pemangkasan suku bunga dalam upaya untuk menstimulasi perekonomian. Powell bergerak lebih berhati-hati dan melakukan pendekatan berbasis data untuk mengelola inflasi.
Dalam pidato tersebut, Trump juga bahwa Menteri Keuangan Scott Bessent adalah orang yang menahannya untuk memecat Powell.
"Pak, jangan pecat dia. Pak, tolong jangan pecat dia. Dia masih punya waktu tiga bulan lagi," kata Trump, menirukan Bessent.
Pada kenyataannya, Powell adalah orang pilihan Trump saat dirinya menjabat Presiden AS pada tahun 2017.
Baca Juga: Kasus Korupsi & Penipuan: Wilmar Milik Robert Kuok Dihantam Dua Putusan Berat
Profil Jerome Powell
Jerome Powell lahir pada 4 Februari 1953 di Washington, D.C. Ayahnya adalah seorang pengacara di bidang perusahaan, sementara ibunya berprofesi sebagai matematikawan dan ahli statistik.
Powell menempuh pendidikan menengah di Georgetown Preparatory School, sebuah sekolah Katolik Jesuit bergengsi. Setelah itu, ia melanjutkan studi ke Princeton University, di mana ia meraih gelar Bachelor of Arts (AB) dalam bidang politik pada tahun 1975.
Setelah Princeton, Powell melanjutkan ke Georgetown University Law Center, memperoleh gelar Juris Doctor (J.D.) pada 1979, dan menjadi kepala editor Georgetown Law Journal semasa kuliah hukum.
Baca Juga: Gemini 3 Dongkrak Kekayaan Larry Page, Posisi Jeff Bezos Tergeser
Menjadi Pengacara dan Masuk ke Pemerintahan
Setelah menyelesaikan pendidikan hukum, Powell memulai kariernya sebagai pengacara. Ia pindah ke New York City, bekerja sebagai petugas administratif untuk seorang hakim serta di beberapa firma hukum besar.
Mengutip catatan Britannica, Powell mulai beralih ke dunia keuangan pada pertengahan 1980-an. Saat itu dirinya bergabung dengan bank investasi Dillon, Read & Co., di mana dia menghabiskan beberapa tahun dan membangun pengalaman mendalam di sektor perbankan dan merger & akuisisi.
Powell mulai masuk ke tubuh pemerintahan AS saat ditunjuk sebagai Assistant Secretary dan kemudian Under Secretary untuk Domestic Finance, yang ada di bawah Departemen Keuangan AS di era Presiden George H. W. Bush.
Di sana, Powell bertanggung jawab atas kebijakan terkait institusi keuangan dan pasar surat utang pemerintah.
Setelah masa pemerintahan Bush berakhir, ia kembali ke sektor swasta dan menjadi mitra di The Carlyle Group, sebuah firma ekuitas swasta besar, dari tahun 1997 hingga sekitar 2005.
Pada Mei 2012, Powell diangkat sebagai anggota Dewan Gubernur Federal Reserve oleh Presiden Barack Obama. Ia kemudian kembali dilantik untuk masa jabatan penuh dan menjalani peran penting sebagai anggota dewan.
Baca Juga: Saham Golden MV Turun 76%, Manuel Villar Kehilangan Status Orang Terkaya Filipina
Menjadi Ketua The Fed
Puncak kariernya datang ketika, pada November 2017, Presiden Donald Trump mencalonkan Powell sebagai Ketua The Fed.
Powell akhirnya resmi menjabat sebagai Chair of the Board of Governors of the Federal Reserve System sejak 5 Februari 2018. Pada waktu yang sama, ia juga menjadi Ketua Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), otoritas utama dalam menentukan kebijakan moneter Amerika Serikat.
Pada 2024-2025, Jerome Powell menghadapi periode yang penuh ketidakpastian sebagai Ketua The Fed, sekaligus menghadapi risiko baru dari kebijakan perdagangan dan tarif impor.
Salah satu tema dominan dalam kebijakan Powell adalah keprihatinan terhadap dampak tarif perdagangan baru. Mengutip Investing.com, Powell menyatakan bahwa meski efek tarif mungkin bersifat sementara, ada kemungkinan bahwa kenaikan harga bisa menjadi lebih persisten.
Dalam kesaksiannya di hadapan komite Senat, Powell mengingatkan bahwa The Fed harus “mengelola risiko” bahwa inflasi dari tarif yang tinggi dapat melekat.
"Meskipun investor mengharapkan pemangkasan suku bunga pada 2025, tindakan prematur bisa membawa risiko jangka panjang bagi stabilitas ekonomi," kata Powell, dikutip Reuters.
Powell memperingatkan bahwa jika tarif tinggi terus dipertahankan, risiko inflasi dan bahkan pengangguran bisa meningkat.
Baca Juga: Operasi Scam Terbesar di Filipina: Alice Guo Resmi Dipenjara Seumur Hidup
Selanjutnya: Prospek Karier AI: 18 Profesi Menjanjikan di Era Kecerdasan Buatan
Menarik Dibaca: Sambut Liburan dengan Promo Holiyay Bakmi GM Menu Favorit dalam Satu Paket Hemat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News












