Sumber: CERN,New Indian Express | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Mari berkenalan dengan sosok Tim Berners-Lee, sosok jenius yang menciptakan World Wide Web (WWW) dan memberikannya secara gratis ke peradaban manusia.
Tim Berners-Lee hidup di era yang sama dengan para tokoh dunia digital lain seperti Bill Gates dan Steve Jobs. Bedanya, Berners-Lee memilih untuk memberikan temuannya secara gratis kepada dunia. Namanya pun jauh dari gelar orang terkaya.
Berikut adalah kilasan kisah inspiratifnya mengubah dunia digital hingga saat ini dalam diam.
Baca Juga: Kisah Pavel Durov: Bangun Telegram di Rusia, Jadi Orang Terkaya di UEA
Melahirkan WWW, HTML, dan URL Tanpa Hak Paten
Kisah WWW bermula saat Berners-Lee bekerja di Organisasi Eropa untuk Penelitian Nuklir atau CERN pada tahun 1989. Proyeknya untuk memberikan akses mudah ke para peneliti kemudian menjadi cikal bakal WWW.
Pada akhir tahun 1980-an, ia merancang HTML, HTTP, dan URL. Bersama dengan WWW, ketiganya adalah pondasi dasar dari web yang kita kenal saat ini.
Ia menciptakan URL, sebuah sistem pengenal universal yang memungkinkan siapa pun di dunia untuk mengakses dan menautkan dokumen apa pun. Kesederhanaan ini yang membuat web tumbuh dengan cepat.
Pada tahun 1991, Berners-Lee meluncurkan situs web pertama di dunia dengan nama info.cern.ch.
Baca Juga: CEO IBM Arvind Krishna: Dari India Pimpin Raksasa Teknologi Dunia
Langkah yang membuat Berners-Lee dikagumi adalah dirinya tidak mematenkan karyanya. Baginya, web harus menjadi ruang publik global, bukan milik korporasi tertentu.
Tujuannya sangat sederhana, yaitu ingin menciptakan ruang terbuka di mana semua orang bisa berbagi pengetahuan tanpa batasan atau hierarki.
Di mata Berners-Lee, pengguna bukanlah konsumen atau target pasar, melainkan manusia yang saling terhubung melalui pengetahuan dan kreativitas.
Dalam bukunya This Is for Everyone, serta pidato terkenalnya di Upacara Pembukaan Olimpiade London 2012, Berners-Lee menegaskan visinya: “Web ini untuk semua orang.”
Mengutip New Indian Express, jurnalis Thomas Friedman menyebutnya sebagai bentuk imajinasi moral dalam teknologi.
Artinya, teknologi seharusnya tidak hanya tentang apa yang bisa kita buat, tapi juga apa yang seharusnya kita buat untuk kebaikan bersama.
Baca Juga: Kisah Sundar Pichai: Dari India Menuju Kursi CEO Alphabet
Ingin Mengembalikan Data ke Tangan Pengguna
Setelah berpuluh-puluh tahun berkembang, Berners-Lee menyadari bahwa web yang dulu ia bayangkan kini telah banyak berubah.
Dirinya menyoroti Cookies yang awalnya dibuat untuk kemudahan kini menjadi alat pelacak. Di era sekarang, dirinya juga khawatir dengan media sosial yang justru menjadi sumber polarisasi, bukan memberikan koneksi seperti seharusnya.
Sekarang, Ia juga mengungkapkan kekhawatiran tentang kecerdasan buatan (AI) yang berpotensi memperburuk ketimpangan informasi.
Melalui proyek terbarunya yang disebut "Solid", Tim Berners-Lee berusaha mengembalikan kendali data pribadi kepada setiap individu.
"Data Anda seharusnya menjadi milik Anda sendiri," ungkap Berners-Lee.
Dengan tekad yang kuat, Berners-Lee ingin mengembalikan rasa percaya, privasi, dan kendali dalam dunia digital. Sayangnya, filosofi ini menantang model bisnis digital modern, di mana data pengguna menjadi komoditas utama.
Baca Juga: Profil Anthony Tan: CEO Grab yang Sukses Mereformasi Transportasi Asia Tenggara
Selanjutnya: Ide Prompt AI untuk Foto Keluarga di Hari Ayah Nasional 2025
Menarik Dibaca: Hingga Oktober 2025, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Kucurkan KUR Rp 38,11 Triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













