kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.354.000   33.000   1,42%
  • USD/IDR 16.665   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.272   -2,63   -0,03%
  • KOMPAS100 1.147   -2,68   -0,23%
  • LQ45 828   0,00   0,00%
  • ISSI 290   -1,26   -0,43%
  • IDX30 434   0,97   0,22%
  • IDXHIDIV20 499   3,67   0,74%
  • IDX80 127   -0,55   -0,43%
  • IDXV30 136   -0,78   -0,57%
  • IDXQ30 138   0,41   0,30%
SOSOK /

Kisah Jan Koum, Pendiri WhatsApp dari Keluarga Yahudi Miskin Ukraina


Jumat, 24 Oktober 2025 / 07:38 WIB
Kisah Jan Koum, Pendiri WhatsApp dari Keluarga Yahudi Miskin Ukraina
ILUSTRASI. Pendiri WhatsApp, Jan Koum

Sumber: Leaders,Bloomberg | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - Aplikasi WhatsApp yang sedang kita gunakan saat ini datang dari ide Jan Koum, imigran Yahudi Ukraina yang merantau ke Amerika Serikat. Mari simak kisah Jan Koum menjadi salah satu orang paling berpengaruh di dunia digital saat ini.

Bersama Brian Acton, Jam Koum mendirikan perusahaan WhatsApp Inc. pada Februari 2009. Aplikasi WhatsApp diluncurkan untuk menawarkan fitur berbagi pesan instan antar pengguna ponsel.

Lahirnya WhatsApp berangkat dari keresahan Jan yang ingin memberikan aplikasi pesan lintas platform yang mudah digunakan. Jan berharap ada layanan panggilan telepon dan pesan yang mudah diakses banyak orang.

Baca Juga: Mengenal Red Emmerson, Sang Pemilik Tanah Terluas di Amerika Serikat

Lahir dari Keluarga Yahudi di Ukraina

Jan Koum lahir di Kiev, Ukraina, pada 24 Februari 1976. Saat itu, Ukraina masih menjadi bagian dari Uni Soviet.

Ia berasal dari keluarga Yahudi yang tinggal di pinggiran kota Kiev, tepatnya kota kecil Fastiv. Setelah Uni Soviet runtuh di Eropa Timur, Jan yang masih berusia 16 tahun pindah ke Amerika Serikat bersama ibu dan neneknya. Ayahnya menetap di Ukraina dan akhirnya meninggal di sana.

Di Amerika, Jan hidup di dalam kemiskinan. Keluarga kecilnya hidup bergantung pada bantuan sosial. Ibunya bahkan divonis menderita kanker tak lama setelah tiba di Negeri Paman Sam. Jan sempat bekerja sebagai petugas kebersihan untuk bisa hidup lebih layak.

Dari kesulitan itu, Jan kemudian tertarik untuk menekuni dunia program komputer. Langkah yang tepat, karena aplikasi yang diciptakannya kini sukses mengubah dunia.

Baca Juga: Eve Jobs Tidak Menerima Warisan Kekayaan Steve Jobs, Ternyata Ini Alasannya

Menciptakan WhatsApp untuk Mempermudah Komunikasi

Lahirnya WhatsApp berangkat dari masalah yang dialami oleh Jan Koum, yakni sulitnya melakukan komunikasi jarak jauh dengan keluarga karena biaya yang tinggi.

Saat bekerja di Ernst & Young, Jan bertemu dengan Brian Acton saat sedang mengerjakan sebuah proyek di Yahoo. Beberapa bulan setelahnya, Jan akhirnya resmi bekerja di Yahoo dan bertahan selama hampir sepuluh tahun.

Keduanya menemukan kecocokan. Pada akhir 2007, Jan dan Brian keluar dari Yahoo dengan segudang pengetahuan tentang internet dan layanan digital. 

Saat Skype mulai populer, Jan memiliki gagasan untuk untuk menyederhanakan layanan komunikasi jarak jauh. Niat untuk menciptakan aplikasi pesan sederhana, aman, dan bebas iklan akhirnya melahirkan WhatsApp.

Hanya beberapa bulan sejak pertama kali gagasan itu muncul, aplikasi WhatsApp akhirnya diluncurkan pada 3 Mei 2009. Sempat gagal di awal, WhatsApp mulai menonjol setelah Apple menghadirkan fitur push notifications untuk perangkat iPhone. 

Versi terbaru WhatsApp rilis pada September tahun yang sama dan langsung mengalami pertumbuhan pesat. Dalam wawancara dengan Wired, Brian Acton menjelaskan bahwa WhatsApp berhasil menyentuh 10.000 unduhan per hari.

Baca Juga: Warren Buffett: Panduan Investasi Bijak untuk Pemula

WhatsApp Mendunia hingga Dibeli Facebook

Menawarkan layanan pesan gratis, WhatsApp dengan perlahan mulai mengusir penggunaan SMS. Pada tahun 2010, keuntungan yang diraih WhatsApp mencapai US$5.000 per bulan.

Pada tahun 2011, WhatsApp menerima kucuran dana senilai US$8 juta dari Sequoia, kemudian mendapatkan tambahan US$50 juta pada tahun 2013.

Tambahan dana besar itu membuat WhatsApp berani untuk membuka kantor yang lebih luas dan menambah karyawan. Layanan aplikasinya pun semakin beragam. Pertumbuhan aplikasinya pun semakin pesat. Dari April 2013 sampai Februari 2014, pengguna WhatsApp telah tumbuh sebanyak 265 juta.

Pada Februari 2014, Facebook mengakuisisi WhatsApp dengan nilai skitar US$19 miliar. Kesepakatan itu sukses membuat Jan Koum menjadi miliarder dalam waktu singkat.

Sayangnya, Jan dan Brian akhirnya meninggalkan WhatsApp pada tahun 2018 karena perbedaan visi dengan petinggi Facebook, terutama soal kebijakan privasi data pengguna yang selama ini selalu diperjuangkan Jan.

Baca Juga: Buffett Lebih Kaya dari Munger? Ini 3 Rahasia Investasinya!

Kekayaan Jan Koum

Mengutip data Bloomberg Billionaires Index per 24 Oktober 2025, kekayaan Jan Koum saat ini ada di angka US$20,3 miliar atau sekitar Rp 337,2 triliun.

Dengan angka itu, Bloomberg untuk sementara menempatkan Jan di peringkat ke-122 dalam daftar orang terkaya di dunia.

Saat ini Jan masih aktif sebagai filantropis yang mendukung berbagai kegiatan sosial, termasuk donasi untuk komunitas Yahudi.

Baca Juga: Biografi Ace Frehley, Sosok Gitaris KISS yang Tutup Usia pada 74 Tahun

Tonton: Indonesia Gagal Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2036 Karena Israel

Selanjutnya: Penggunaan Paket Data Menurun, Kinerja Emiten Telekomunikasi Diproyeksi Tertekan

Menarik Dibaca: Hasil French Open 2025: Cuma 3 Wakil Indonesia Lolos ke Perempat Final

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×