Sumber: Nasdaq | Editor: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Warren Buffett , nama yang sejak lama dikaitkan dengan investasi jangka panjang yang cermat, ternyata punya “penyesalan investasi” besar.
Ia dikenal sebagai sosok yang selalu sabar, berhati-hati, dan jarang salah langkah dalam mengambil keputusan bisnis.
Namun, bahkan seorang investor legendaris pun bisa menyesali sebuah kesempatan emas yang terlewatkan. Menariknya, penyesalan Buffett ini bukan berasal dari investasi buruk, melainkan justru karena ia melewatkan peluang investasi luar biasa.
Baca Juga: Sejumlah Biro Travel dari Asphuri Kembalikan Uang ke KPK Terkait Kasus Kuota Haji
Dikutip dari Nasdaq, Buffett mengakui bahwa kesalahan terbesarnya adalah tidak berinvestasi pada perusahaan besar yang kemudian mendominasi dunia.
“I blew it” — Pengakuan Tak Terduga
Dalam pertemuan tahunan Berkshire Hathaway 2018, Buffett secara terbuka berkata: “I blew it”. Ia menyebut bahwa ia sudah lama mengagumi Amazon, tetapi tidak pernah membeli sahamnya ketika pertumbuhannya sedang pesat.
Melansir dari Nasdaq, Buffett bahkan menyebut dirinya “terlalu bodoh” karena tidak mampu melihat potensi besar Amazon sejak awal, padahal Jeff Bezos berhasil membesarkan perusahaan tersebut dengan luar biasa.
Google: Kesempatan Lain yang Hilang
Amazon bukan satu-satunya yang membuat Buffett menyesal. Sahabat dan mitra bisnisnya, Charlie Munger, juga mengungkapkan rasa frustrasi karena tidak membeli Google sejak awal.
Munger bahkan pernah berkata, “I feel like a horse’s ass for not identifying Google earlier.” Google yang IPO pada 2004 dengan harga $85 per lembar kemudian tumbuh menjadi raksasa teknologi, menghasilkan keuntungan besar bagi investor awalnya.
Mengapa Buffett Gagal Ambil Keputusan?
Kesalahan ini mencerminkan batasan dari filosofi investasi Buffett sendiri. Ia sejak lama mengandalkan pendekatan nilai (value investing) dan fokus kepada perusahaan yang “masuk dalam lingkar kompetensinya” , bisnis yang ia benar-benar pahami, seperti asuransi, perbankan, barang konsumsi, atau utilitas.
Buffett mengakui bahwa sektor teknologi bukanlah bidang yang ia kuasai, sehingga ia enggan melangkah terlalu jauh ke dalamnya.
Potensi keuntungan yang hilang sungguh luar biasa. Seandainya Berkshire Hathaway telah menanamkan modal kepada Amazon atau Google ketika masih relatif “murah,” nilai investasi tersebut kini bisa mencapai puluhan miliar dolar.
Kesempatan emas itu membuat Buffett hanya bisa menyesali keputusan konservatifnya.
Tonton: Evakuasi Korban Ponpes Al Khoziny Selesai, 59 Korban Masih Tertimbun!
Adaptasi dan Pelajaran
Menariknya, pengalaman “salah langkah” tersebut sedikit-sedikit memengaruhi cara pandang Buffett terhadap teknologi.
Pada tahun 2016, Berkshire mulai berinvestasi di Apple, sebuah keputusan yang menandakan pergeseran dari keterbatasan lama.
Namun, investasi di Amazon sendiri baru dilakukan pada 2019, sayangnya, sudah terlambat untuk merasakan lonjakan nilai terbesar. Buffett menekankan bahwa sekalipun ia terlambat, keputusan itu tetap menjadi bagian penting dari perjalanan investasi Berkshire.
Dari kisah ini, ada pelajaran yang bisa kita ambil:
- Jangan terlalu kaku pada metode sendiri, bahkan strategi hebat pun perlu disesuaikan ketika zaman berubah.
- Lingkar kompetensi penting, tapi jangan jadikan penghambat eksplorasi, keterbatasan pemahaman terhadap teknologi membuat Buffett melewatkan peluang besar.
Mengakui kesalahan itu bernilai, pengakuan terbuka Buffett memberi teladan bahwa tidak seorang pun kebal dari kekeliruan.
Selanjutnya: Pertamina Klaim Penggunaan Etanol pada BBM Adalah Praktik Internasional Energi Hijau
Menarik Dibaca: Katalog Promo JSM Alfamart Periode 3-5 Oktober 2025, Aneka Detergent Mulai Rp 9.900
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News