Sumber: Investopedia | Editor: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Warren Buffett dikenal sebagai salah satu investor paling berpengaruh di dunia dan menjadi sosok penting di balik transformasi Berkshire Hathaway menjadi perusahaan raksasa bernilai mendekati satu triliun dolar.
Pada usia 94 tahun, pembahasan mengenai suksesi menjadi semakin relevan karena posisi kepemimpinan yang dipegangnya tidak dapat dipisahkan dari identitas perusahaan.
Keputusan mengenai siapa yang akan meneruskan tanggung jawab strategis tersebut menjadi topik besar di pasar keuangan.
Mengutip dari Investopedia, Warren Buffett telah menetapkan bahwa posisi ketua non eksekutif akan diberikan kepada putra keduanya, Howard Graham Buffett, atau yang dikenal dengan nama Howie.
Baca Juga: Kisah Hans Wilsdorf: Pencipta Rolex yang Jadi Simbol Kemewahan
Keputusan tersebut mendapat perhatian luas karena peran ketua non-eksekutif di Berkshire Hathaway dianggap sangat strategis.
Posisi ini tidak mengelola operasi harian perusahaan, namun berperan besar dalam menjaga budaya perusahaan yang selama puluhan tahun menjadi fondasi keberhasilan Berkshire Hathaway.
Warren menilai budaya perusahaan adalah aset paling berharga yang harus dijaga melalui pemimpin yang benar-benar memahami cara kerja Berkshire sejak lama.
Profil Howard Graham Buffett
Howard Graham Buffett adalah anak tengah Warren Buffett. Ia lahir pada Desember 1954 dan menempuh perjalanan karier yang cukup beragam.
Meskipun dikenal cerdas saat bersekolah, Howie disebutkan tidak menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi. Meski begitu, rekam jejak profesionalnya panjang dan mencakup banyak peran penting.
Sepanjang hidupnya, Howie pernah bekerja di berbagai perusahaan, termasuk beberapa entitas di bawah Berkshire Hathaway.
Ia juga pernah mengabdi sebagai sheriff, menjabat sebagai anggota hingga ketua dewan etanol Nebraska, dan aktif sebagai penulis serta filantropis. Selain itu, ia adalah seorang petani yang mengelola lahan pertanian dalam skala besar.
Howie juga memiliki pengalaman panjang sebagai anggota dewan perusahaan besar. Ia pernah duduk di jajaran direksi Archer Daniels Midland, Coca Cola Company, Coca Cola Enterprises, Lindsay Corporation, ConAgra Foods, Sloan Implement, dan Berkshire Hathaway.
Pengalaman tersebut menunjukkan pemahamannya akan dinamika tata kelola perusahaan.
Baca Juga: Kisah George Soros: Sempat Kabur dari Nazi, Kini Jadi Miliarder Filantropis
Alasan Warren Buffett Memilih Howie
Keputusan Warren Buffett untuk menempatkan Howie sebagai ketua non eksekutif bukanlah keputusan mendadak. Ia telah mempersiapkan hal ini selama bertahun tahun.
Melansir dari Investopedia, Warren ingin memastikan bahwa budaya Berkshire Hathaway tetap terjaga dan tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak memahami nilai jangka panjang perusahaan.
Warren mengungkapkan kekhawatirannya tentang kemungkinan perusahaan jatuh ke tangan yang tidak tepat dan akhirnya melupakan kepentingan pemegang saham.
Oleh karena itu, ia memilih seseorang yang telah menyaksikan perjalanan Berkshire sejak awal. Howie tumbuh dengan mendengarkan panggilan bisnis ayahnya, telah menjadi anggota dewan perusahaan lebih dari tiga dekade, dan terlatih untuk memahami filosofi yang dibangun ayahnya.
Warren juga menegaskan bahwa pengalaman Howie dalam mengambil keputusan investasi bukanlah hal utama yang dibutuhkan untuk peran ketua non eksekutif.
Baginya, yang terpenting adalah kemampuan menjaga arah perusahaan dan menentukan apakah ada kebutuhan untuk mengganti direktur utama.
Dengan demikian, peran ini lebih menekankan pada penilaian strategis serta penjagaan budaya perusahaan, bukan pengelolaan operasional harian.
Kekhawatiran Investor dan Masa Depan Berkshire Hathaway
Meskipun Warren Buffett memberikan keyakinan terhadap kemampuan putranya, sejumlah investor tetap mengungkapkan kekhawatiran.
Kritik yang muncul berkaitan dengan kurangnya pengalaman Howie dalam mengelola konglomerasi besar serta minimnya rekam jejak dalam menangani akuisisi perusahaan berskala besar.
Beberapa investor menilai keputusan ini berpotensi mengarah pada tuduhan nepotisme.
Ada pula kekhawatiran mengenai masa depan Berkshire Hathaway setelah era Warren Buffett dan Charlie Munger berakhir.
Sebagian analis menilai bahwa tanpa dua tokoh tersebut, perusahaan dapat kehilangan pengaruh serta kekuatan tawarnya.
Di saat yang sama, tantangan dalam mencari peluang akuisisi bernilai besar semakin meningkat. Kondisi tersebut dapat mendorong Berkshire untuk menyesuaikan model bisnis dengan ekspektasi investor melalui pembagian perusahaan dan peningkatan pengembalian modal kepada pemegang saham.
Walaupun demikian, Howie telah menyampaikan bahwa ia tidak berencana melakukan perubahan besar. Ia menekankan pentingnya menjaga apa yang telah berjalan baik di Berkshire selama puluhan tahun.
Keputusan tersebut sejalan dengan misi yang diharapkan Warren Buffett, yaitu mempertahankan budaya perusahaan yang telah bertahan lama dan menjadi ciri khas Berkshire Hathaway.
Tonton: China Temukan Deposit Emas Terbesar Sejak 1949, Nilainya Tembus Rp 3.200 Triliun
Tantangan Besar yang Menanti Howie Buffett
Jika kelak menjabat sebagai ketua non eksekutif, Howie akan menghadapi tantangan yang tidak kecil.
Ia harus membuktikan kepada investor bahwa dirinya mampu menjaga kesinambungan perusahaan sekaligus memberikan kenyamanan bagi pasar.
Perannya akan sangat penting sebagai penjaga nilai dan budaya yang telah dibangun oleh Warren Buffett.
Howie memiliki pengalaman panjang sebagai anggota dewan dan telah mempersiapkan diri selama bertahun tahun.
Namun, ketidakhadiran Warren dan Munger nantinya pasti membawa perubahan dalam ekosistem Berkshire. Oleh karena itu, Howie diharapkan mampu menunjukkan bahwa ia bukan hanya pewaris, tetapi juga penjaga tradisi dan integritas perusahaan di masa depan.
Selanjutnya: Kurs Transaksi BI Senin 17 November 2025: Nilai Rupiah ke Euro, Dolar AS, hingga Yen
Menarik Dibaca: Naik Lagi ke Level 8.414, IHSG Kembali Mendekati Level Tertinggi (17/11)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













