kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.590.000   29.000   1,13%
  • USD/IDR 16.782   -20,00   -0,12%
  • IDX 8.538   -46,87   -0,55%
  • KOMPAS100 1.181   -4,39   -0,37%
  • LQ45 845   -3,52   -0,41%
  • ISSI 305   -2,17   -0,71%
  • IDX30 436   -0,64   -0,15%
  • IDXHIDIV20 511   0,73   0,14%
  • IDX80 132   -0,80   -0,61%
  • IDXV30 138   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 140   0,34   0,25%
SOSOK /

Sam Altman: Lulusan 2035 Bisa Kerja di Luar Angkasa Gaji Tinggi


Rabu, 24 Desember 2025 / 14:59 WIB
Sam Altman: Lulusan 2035 Bisa Kerja di Luar Angkasa Gaji Tinggi
ILUSTRASI. Sam Altman: Gen Muda Beruntung Berkat AI dan Kerja di Luar Angkasa. ( REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Sumber: Fortune,Fortune | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Visi masa depan dunia kerja kini tengah mengalami pergeseran paradigma yang sangat drastis seiring dengan perkembangan pesat teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

CEO OpenAI, Sam Altman, dalam wawancara dengan video journalist Cleo Abram yang dilansir Fortune (23 Desember 2025), memberikan prediksi visioner namun optimistis mengenai prospek karier bagi generasi muda dalam satu dekade mendatang.

Altman menyatakan bahwa pada tahun 2035, lulusan perguruan tinggi kemungkinan besar akan menjalankan misi di atas kapal ruang angkasa dalam peran-peran yang sepenuhnya baru, dengan kompensasi yang sangat besar.

Transformasi ini dipicu oleh efisiensi yang diciptakan oleh AI, yang memungkinkan manusia untuk mengeksplorasi sektor-sektor baru yang sebelumnya dianggap mustahil atau terlalu mahal untuk dijangkau secara komersial.

Meskipun banyak pihak yang merasa khawatir akan ancaman otomatisasi terhadap lapangan kerja tradisional, Altman justru merasa iri terhadap generasi yang baru akan memulai karier mereka saat ini.

Baginya, pekerjaan yang dilakukan oleh generasi saat ini akan tampak konvensional dan kurang menantang jika dibandingkan dengan peluang yang akan tersedia bagi para lulusan di masa depan.

Baca Juga: Profil Kuok Meng Ru: Putra Pendiri Wilmar yang Menguasai Industri Musik Global

Eksplorasi Tata Surya sebagai Lapangan Pekerjaan Baru

Pergeseran ini bukan sekadar imajinasi semata, melainkan hasil dari percepatan teknologi yang luar biasa.

Altman memproyeksikan bahwa dalam waktu 10 tahun, seorang lulusan baru berpotensi besar untuk meninggalkan bumi dalam sebuah misi penjelajahan tata surya.

Pekerjaan tersebut diklaim tidak hanya akan memberikan pengalaman yang menarik, tetapi juga menjanjikan pendapatan yang sangat tinggi.

Sektor kedirgantaraan memang tengah menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.

Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (BLS), pertumbuhan posisi insinyur dirgantara diprediksi akan melampaui rata-rata pertumbuhan lapangan kerja nasional lainnya (6% dari 2024 hingga 2034), dengan pendapatan tahunan rata-rata saat ini mencapai US$134.830 (data Mei 2024).

Baca Juga: Perang Akuisisi Hollywood: Miliarder Ini Dukung Ambisi Putranya Rebut Warner Bros

Berikut adalah beberapa faktor pendukung yang memperkuat prediksi ekspansi lapangan kerja ke luar angkasa:

  • Peningkatan Investasi Sektor Swasta: Munculnya perusahaan-perusahaan antariksa komersial yang semakin agresif melakukan peluncuran.
  • Target Eksplorasi Global: Target organisasi seperti NASA yang berencana untuk mencapai Mars pada dekade 2030-an.
  • Efisiensi Biaya Peluncuran: Teknologi roket yang dapat digunakan kembali secara signifikan menekan biaya operasional pengiriman manusia ke orbit.
  • Kebutuhan Infrastruktur Antariksa: Kebutuhan akan tenaga ahli untuk membangun dan memelihara stasiun atau koloni di masa depan.

Dampak AI terhadap Struktur Organisasi

Selain potensi kerja di luar angkasa, cara manusia membangun bisnis di bumi juga akan berubah total.

Altman mengungkapkan bahwa kehadiran model bahasa besar seperti GPT-5 akan memberikan setiap individu akses ke tim ahli setara lulusan doktoral (PhD) di dalam saku mereka. Hal ini memungkinkan terciptanya efisiensi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah korporasi.

Melansir laporan Fortune, Altman menegaskan bahwa saat ini sangat mungkin bagi satu orang untuk mendirikan perusahaan yang kemudian bernilai lebih dari US$ 1 miliar.

Jika di masa lalu sebuah perusahaan bernilai miliaran dolar AS membutuhkan ratusan hingga ribuan karyawan, di masa depan, seorang pengusaha tunggal yang mahir mengoperasikan alat-alat AI dapat memberikan produk dan layanan yang luar biasa kepada dunia secara mandiri.

Pandangan ini sejalan dengan pendapat beberapa tokoh teknologi lainnya. Pendiri Microsoft, Bill Gates, sempat melontarkan gagasan bahwa kemajuan AI dapat memangkas waktu kerja manusia menjadi hanya dua atau tiga hari seminggu.

Sementara itu, CEO Nvidia, Jensen Huang, melihat AI sebagai alat yang memberikan kemampuan manusia super bagi para pekerja, sehingga mereka dapat bekerja jauh lebih baik dan lebih cepat dibandingkan sebelumnya.

Peluang bagi Generasi Alpha dan Gen Z

Kondisi ini memberikan sinyal positif bagi para pelaku pasar modal dan investor yang melirik sektor teknologi dan kedirgantaraan.

Meskipun ada pengakuan bahwa AI akan menghapus beberapa kategori pekerjaan secara keseluruhan, narasi yang dibangun oleh para pemimpin Silicon Valley ini lebih menekankan pada penciptaan nilai baru.

Tonton: Hashim: Prabowo Tak Punya Lahan Sawit Satu Hektare Pun di Bumi Indonesia

Berikut adalah langkah-langkah yang mungkin perlu disiapkan oleh para calon profesional muda untuk menghadapi era baru ini:

  • Penguasaan Alat AI: Mempelajari cara mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam alur kerja harian untuk meningkatkan produktivitas secara eksponensial.
  • Fokus pada Keahlian Interdisipliner: Menggabungkan ilmu teknik dengan kemampuan pemecahan masalah kreatif yang tidak bisa dilakukan oleh mesin.
  • Literasi Teknologi Kedirgantaraan: Memahami dasar-dasar ekonomi ruang angkasa bagi mereka yang tertarik pada sektor eksplorasi.
  • Mentalitas Kewirausahaan: Memanfaatkan biaya operasional yang rendah berkat AI untuk membangun bisnis mandiri yang memiliki skalabilitas tinggi.

Pergeseran ini tentu membawa tantangan tersendiri bagi institusi pendidikan formal. Dengan kecepatan perubahan yang begitu tinggi, kurikulum perguruan tinggi dituntut untuk lebih fleksibel dan adaptif terhadap kebutuhan industri masa depan yang mungkin saat ini posisinya belum benar-benar tercipta secara massal.

Altman menyimpulkan bahwa bagi anak muda berusia 22 tahun yang lulus saat ini, mereka adalah kelompok paling beruntung dalam sejarah manusia karena akan menjadi saksi sekaligus pelaku utama dari perubahan besar ini.

Dunia investasi pun kini mulai mencermati bagaimana perusahaan-perusahaan besar menyesuaikan strategi mereka agar tetap relevan dalam ekonomi yang nantinya akan melibatkan operasional antarplanet.

Selanjutnya: Resmi! UMP 2026 Di 24 Provinsi Ditetapkan, Ada Jatim Kalimantan Bali NTT NTB Sulawesi

Menarik Dibaca: Pasar Kian Ambles, PIPPIN Justru Melejit ke Puncak Kripto Top Gainers

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

×