Sumber: Times of India | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Setelah hampir empat tahun meninggalkan Amazon, Jeff Bezos akan kembali ke kursi kepemimpinan dengan mengambil peran penting sebagai co-CEO Project Prometheus.
Project Prometheus adalah sebuah startup kecerdasan buatan (AI) yang diklaim akan membawa perubahan besar di dunia manufaktur dan rekayasa teknik.
Mengutip Times of India, perusahaan rintisan ini mengamankan pendanaan mencapai US$6,2 miliar (sekitar Rp 103,8 triliun), sebagian di antaranya berasal dari Bezos sendiri.
Munculnya nama Bezos di kursi tertinggi perusahaan teknologi menandai kembalinya sang mantan orang terkaya di dunia ini ke posisi operasional setelah ia mundur dari jabatan CEO Amazon pada Juli 2021.
Baca Juga: Steven Spielberg: Perjalanan Karier hingga Jadi Sutradara Terkaya di Dunia
Tawarkan AI untuk Industri Aerospace, Otomotif, dan Komputasi
Project Prometheus hadir dengan misi ambisius, yaitu mengembangkan AI yang mampu mempercepat proses rekayasa (engineering) dan manufaktur di berbagai sektor penting, termasuk komputer, kedirgantaraan (aerospace), dan industri otomotif.
Visi itu cukup sejalan dengan ketertarikan jangka panjang Bezos pada teknologi antariksa melalui Blue Origin, perusahaan roket miliknya.
Project Prometheus dipimpin Bezos bersama Vik Bajaj, seorang fisikawan dan ahli kimia yang pernah bekerja dengan Sergey Brin di Google X, pusat riset eksperimental Google yang dikenal sebagai 'The Moonshot Factory'.
Bajaj juga memiliki rekam jejak panjang di bidang teknologi kesehatan melalui keterlibatannya dalam pendirian Verily serta kepemimpinannya di Foresite Labs sebelum bergabung dengan Project Prometheus.
Baca Juga: Kisah George Soros: Sempat Kabur dari Nazi, Kini Jadi Miliarder Filantropis
Gandeng Pakar dari OpenAI, DeepMind, dan Meta
Project Prometheus sepertinya akan menjadi raksasa baru di bidang ini, bukan hanya karena skala pendanaan tapi juga kualitas sumber daya manusia yang ada.
Perusahaan ini dikabarkan berhasil mengumpulkan hampir 100 karyawan, termasuk para peneliti dan insinyur yang sebelumnya berkarya di perusahaan AI terkemuka seperti OpenAI, DeepMind, dan Meta.
Berkumpulnya para talenta kelas dunia ini menunjukkan betapa seriusnya ambisi Bezos dan Bajaj dalam merancang teknologi yang mampu mengubah lanskap industri fisik.
Project Prometheus berencana mengembangkan AI yang belajar dari eksperimen fisik di dunia nyata. Pendekatan ini dinilai dapat memberikan keunggulan besar dalam penerapan AI untuk kebutuhan manufaktur dan rekayasa tingkat lanjut.
Dengan pendanaan US$6,2 miliar, perusahaan ini kini menjadi salah satu startup tahap awal yang paling kuat secara finansial di dunia, bahkan melampaui Thinking Machines Lab yang tahun ini mengumpulkan pendanaan sekitar US$2 miliar.
Baca Juga: Strategi Investasi AI Philippe Laffont: Jual Super Micro, Beli CoreWeave
Selanjutnya: Prakiraan Cuaca Yogyakarta 18 Nov 2025: BMKG Prediksi Hujan Ringan
Menarik Dibaca: Cara Mention Teman di Instagram Story Tanpa Terlihat, Gunakan Langkah Ini!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













