Sumber: Yahoo Finance | Editor: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Etos kerja ekstrem kembali melekat pada sosok Elon Musk yang dikenal sebagai pemimpin dengan komitmen kerja nyaris tanpa henti.
Ia menilai jumlah waktu yang dicurahkan sangat menentukan hasil yang dicapai dalam jangka panjang. Menurutnya, semakin banyak jam kerja yang diinvestasikan, semakin besar pula produktivitas yang bisa diraih.
Melansir Yahoo Finance, pandangan ini kembali mengemuka setelah sebuah laporan menyoroti kebiasaan kerja Musk yang disebut menghabiskan hampir setiap jam terjaga untuk urusan bisnis.
Baca Juga: Kisah Sukses Ye Guofu Membangun Miniso Hingga Mendunia
Bekerja Tanpa Henti dan Tidur di Lantai
Elon Musk telah lama menegaskan bahwa bekerja keras adalah kunci utama kesuksesan. Dalam pidatonya kepada para lulusan, ia menyampaikan, "kalian harus bekerja sangat keras," kata Elon Musk sebagai penekanan bahwa tidak ada hasil besar tanpa pengorbanan besar.
Prinsip ini bukan sekadar teori, melainkan telah ia jalani sejak awal membangun perusahaan pertamanya bersama sang adik.
Ia mengenang masa ketika harus tidur di kantor dan mandi di YMCA karena keterbatasan finansial.
"Kami begitu kesulitan sampai hanya memiliki satu komputer," ujar Elon Musk saat menjelaskan bagaimana situs perusahaan mereka hanya bisa aktif di siang hari, sementara malam hari ia gunakan untuk menulis kode.
Menurutnya, perjuangan tersebut membentuk mental kerja yang solid dan disiplin.
Dalam kesempatan yang sama, ia menegaskan pola kerjanya yang nyaris tanpa jeda. "Saya bekerja keras, setiap jam ketika saya terjaga," kata Elon Musk.
Ia menjelaskan bahwa jika seseorang bekerja 100 jam per minggu dan orang lain hanya 50 jam, maka hasil yang dicapai akan dua kali lipat dalam setahun, sesuatu yang ia sebut sebagai perhitungan sederhana.
Bahkan saat produksi Tesla Model 3 mengalami tekanan besar pada 2018, ia memilih tidur di lantai pabrik demi mengawasi langsung proses kerja karena, menurutnya, sofa yang tersedia terlalu sempit untuk digunakan.
Baca Juga: Profil Charles Holland Taylor: Tokoh Lintas Agama dan Perannya di PBNU
Target Triliunan Dolar dan Beban Ambisi Besar
Sorotan terhadap etos kerja Elon Musk kembali menguat setelah paket kompensasi Tesla yang nilainya bisa mencapai US$ 1 triliun disetujui oleh para pemegang saham dengan dukungan lebih dari 75%.
Paket ini bukan sekadar bonus, melainkan disertai target bisnis yang sangat ambisius dan menuntut pencapaian konkret dalam skala global.
Untuk mendapatkan seluruh kompensasi tersebut, Musk harus memenuhi sejumlah tolok ukur seperti pengiriman 20 juta kendaraan per tahun, pengoperasian 1 juta robotaxi, penjualan 1 juta robot humanoid Optimus, serta 10 juta pelanggan Full Self Driving.
Selain itu, Tesla juga ditargetkan mencapai EBITDA senilai US$ 400 miliar dan kapitalisasi pasar sebesar US$ 8,5 triliun.
Musk sendiri mengakui bahwa target tersebut bukan perkara mudah. Dalam pernyataannya di platform X ia mengatakan, "Ini benar-benar target yang sangat berat," kata Elon Musk.
Ia menambahkan, "Pasti akan ada beberapa hambatan di sepanjang jalan, tetapi dengan kerja yang benar-benar luar biasa besar, saya pikir tujuan ini bisa dicapai."
Pernyataan ini menegaskan bahwa baginya, kerja keras tetap menjadi solusi utama untuk menjawab tantangan sebesar apa pun.
Ia pun mengajak investor ritel untuk ikut serta berinvestasi di saham Tesla dan menikmati perjalanan bisnis jangka panjang perusahaan tersebut, sebuah ajakan yang semakin memperkuat citra Musk sebagai pemimpin dengan visi besar dan keyakinan tinggi terhadap masa depan perusahaannya.
Tonton: Cicicuan Jual Saham GOTO: Kenapa Harus Sekarang?
Etos Kerja atau Jalan Menuju Burnout
Di balik kekaguman terhadap dedikasinya, pendekatan kerja Elon Musk juga menuai kritik. Beberapa kalangan menilai budaya kerja ekstrem berpotensi mendorong kelelahan kronis dan mengabaikan keseimbangan hidup.
Kritik ini menguat setelah pernyataan Musk yang menyebut tidak ada perubahan besar yang lahir dari kerja hanya 40 jam per minggu.
Diana Hussein, perwakilan serikat pekerja, menanggapi dengan keras bahwa sistem kerja 40 jam justru merupakan hasil perjuangan panjang yang melindungi hak buruh dari eksploitasi.
Meski demikian, Musk tetap konsisten pada pandangannya bahwa kerja lebih keras dari orang lain akan membawa keunggulan kompetitif yang signifikan.
Baginya, keberhasilan bukan semata hasil keberuntungan atau strategi, melainkan akumulasi jam kerja, fokus, dan ketekunan.
Filosofi ini telah menginspirasi banyak pengusaha dan pemimpin bisnis muda untuk meniru pola kerja intens tersebut, meskipun risiko kelelahan tetap menjadi perdebatan yang belum usai.
Dengan segala pro dan kontra yang menyertai, Elon Musk terus menunjukkan bahwa ia memilih jalur ekstrem demi mencapai visi besar yang sudah ia tetapkan sejak awal, sebuah pendekatan yang terus menarik perhatian publik dan dunia bisnis global.
Selanjutnya: Rakornas Tata Lingkungan 2025, KLH Luncurkan Sistem EGIS dan Perkuat Sinergi
Menarik Dibaca: Keunggulan Pakai Internet Rakyat Tanpa Kabel Cuma Rp 100 Ribuan Per Bulan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













