kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.296.000   9.000   0,39%
  • USD/IDR 16.717   -1,00   -0,01%
  • IDX 8.361   23,78   0,29%
  • KOMPAS100 1.164   4,12   0,36%
  • LQ45 851   3,27   0,39%
  • ISSI 289   1,00   0,35%
  • IDX30 444   0,73   0,17%
  • IDXHIDIV20 512   1,03   0,20%
  • IDX80 131   0,48   0,37%
  • IDXV30 138   0,99   0,73%
  • IDXQ30 141   0,37   0,26%
SOSOK /

Memahami Teori Refleksivitas George Soros: Kunci Investor Modern


Jumat, 07 November 2025 / 09:14 WIB
Memahami Teori Refleksivitas George Soros: Kunci Investor Modern
ILUSTRASI. Memahami Teori Refleksivitas George Soros: Kunci Investor Modern.

Sumber: Investopedia | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Pasar keuangan tidak selalu bergerak secara rasional. Sering kali, persepsi dan ekspektasi investor justru lebih berpengaruh daripada kondisi ekonomi sebenarnya.

Dari pemikiran inilah George Soros memperkenalkan teori refleksivitas yang mengubah cara pandang banyak orang terhadap dinamika pasar.

Mengutip Investopedia, refleksivitas menjelaskan hubungan dua arah antara persepsi investor dan realitas ekonomi.

Baca Juga: Forrest Li: Otak di Balik Garena dan Shopee, Salah Satu Orang Terkaya di Singapura

Persepsi dapat memengaruhi harga pasar, sementara perubahan harga juga membentuk persepsi baru. Proses ini menciptakan umpan balik positif yang mendorong harga menjauh dari nilai fundamental.

Dasar Pemikiran Refleksivitas

Dalam teori ekonomi konvensional, pasar dianggap bergerak menuju keseimbangan antara penawaran dan permintaan.

Namun, Soros menilai konsep itu tidak realistis. Menurutnya, keputusan investor selalu dipengaruhi oleh keyakinan pribadi, sehingga tindakan mereka justru dapat mengubah kondisi ekonomi.

Misalnya, ketika banyak investor yakin harga saham akan naik, permintaan meningkat, dan harga benar-benar naik.

Hal ini memperkuat keyakinan awal mereka sehingga tercipta siklus yang memperbesar ketidakseimbangan.

Krisis Keuangan dan Siklus Boom-Bust

Contoh paling jelas dari refleksivitas terlihat dalam krisis keuangan global. Kenaikan harga rumah mendorong bank meningkatkan pemberian kredit, dan peningkatan kredit tersebut kembali menaikkan harga rumah.

Mengutip Investopedia, proses ini menciptakan gelembung besar yang akhirnya pecah dan mengguncang sistem keuangan dunia.

Soros menyebut fenomena ini sebagai siklus boom dan bust. Ketika optimisme berlebihan mendominasi, harga melonjak jauh di atas nilai riil.

Namun, saat kepercayaan mulai runtuh, harga jatuh drastis dan menimbulkan kepanikan pasar.

Tonton: Saling Serang Mamdani dan Trump usai Menang Pemilihan Wali Kota New York

Pengaruh bagi Investor Modern

Teori refleksivitas memberi pandangan baru bahwa pasar tidak sepenuhnya digerakkan oleh logika, tetapi juga oleh psikologi massa.

Investor modern dapat memanfaatkan pemahaman ini untuk membaca tanda-tanda ketidakseimbangan pasar.

Ketika harga aset naik terlalu cepat tanpa dukungan fundamental, mungkin sedang terbentuk gelembung. Sebaliknya, ketika harga jatuh karena sentimen negatif berlebihan, bisa jadi terdapat peluang tersembunyi. Dengan memahami refleksivitas, investor dapat bersikap lebih realistis dan tanggap terhadap perubahan pasar.

Selanjutnya: Sudah Bisa Dibeli, Ini Spesifikasi dan Harga Redmi Pad 2 Pro Indonesia

Menarik Dibaca: IHSG Bergerak Naik Tipis Pada Pembukaan Jumat Pagi (7/11)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

×