Sumber: Investopedia | Editor: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Banyak investor terjebak pada pergerakan harga dan perhitungan teknis yang rumit saat memilih saham.
Warren Buffett dan Charlie Munger justru mengambil jalur berbeda dengan menempatkan pemahaman bisnis sebagai fondasi utama keputusan investasi mereka.
Saham tidak mereka lihat sebagai instrumen spekulatif, melainkan sebagai bagian kepemilikan dari sebuah perusahaan.
Baca Juga: Kisah Steve Sonnenberg: Bangkit dari Bangkrut, Bangun Awardco Menjadi Unicorn
Filosofi inilah yang membuat keduanya mampu membangun Berkshire Hathaway menjadi salah satu konglomerasi terbesar dunia.
Pendekatan tersebut menekankan kualitas bisnis, bukan sekadar angka laporan keuangan atau tren pasar jangka pendek.
Dengan cara pandang yang konsisten dan disiplin tinggi, mereka membuktikan bahwa strategi sederhana berbasis analisis mendalam dapat mengungguli pasar dalam jangka panjang.
Prinsip ini, dilansir dari Investopedia, adalah inti metode Buffett dan Munger dalam mengidentifikasi saham unggulan berkelanjutan.
Saham Dianggap sebagai Kepemilikan Bisnis
Buffett dan Munger memandang pembelian saham sebagai tindakan membeli sebagian dari sebuah bisnis riil.
Mereka berpikir seperti pemilik perusahaan, bukan sebagai trader yang mengejar keuntungan cepat.
Fokus utama adalah bagaimana kondisi bisnis tersebut lima hingga sepuluh tahun mendatang dan seberapa besar keyakinan terhadap prospeknya.
Pendekatan ini membuat mereka hanya memilih perusahaan yang benar benar layak dimiliki dalam jangka panjang.
Pertanyaan seperti apakah bisnis ini akan tetap relevan dan kuat di masa depan selalu menjadi pertimbangan utama sebelum berinvestasi.
Fokus pada Model Bisnis yang Sederhana
Keduanya menghindari bisnis yang terlalu kompleks dan sulit dipahami. Mereka lebih memilih perusahaan dengan model usaha yang jelas, stabil, dan mudah dijelaskan cara kerjanya.
Kesederhanaan ini memudahkan analisis risiko sekaligus memperkuat keyakinan terhadap keberlanjutan kinerja.
Perusahaan dengan arus pendapatan konsisten serta keunggulan kompetitif berkelanjutan menjadi prioritas.
Manajemen yang solid dan pengembalian ekuitas yang sehat juga menjadi indikator penting dalam proses seleksi.
Tonton: Jaecoo J5: Harga Gak Masuk Akal, Kompetitor Auto Gemetar
Kualitas dan Budaya Lebih Penting dari Angka
Buffett dan Munger menilai bahwa rasio keuangan tidak bisa berdiri sendiri tanpa pemahaman menyeluruh terhadap bisnis.
Mereka menaruh perhatian besar pada kualitas manajemen, budaya perusahaan, dan hubungan dengan pelanggan. Faktor manusia dianggap sebagai penentu utama keberhasilan jangka panjang.
Angka hanya menjadi alat bantu, bukan dasar tunggal keputusan. Cara perusahaan beroperasi, membuat keputusan, dan merespons perubahan pasar justru menjadi fokus utama penilaian.
Mengutamakan Nilai Intrinsik daripada Harga Saham
Alih-alih terpaku pada harga pasar harian, Buffett dan Munger berpegang pada nilai intrinsik perusahaan.
Saham dinilai dari potensi arus kas masa depan yang didiskon ke nilai saat ini. Mereka hanya membeli ketika harga pasar berada di bawah nilai wajarnya dan memberikan margin keamanan yang memadai.
Disiplin dan kesabaran menjadi kunci penting dalam strategi ini. Melansir Investopedia, mereka tidak terburu-buru mengambil peluang yang terlihat menarik jika tidak sesuai dengan kriteria fundamental yang telah ditetapkan, sebagai ciri khas utama pendekatan investasi keduanya.
Selanjutnya: Peringatan Hari Besar 26 November: Ada HUT Seskoal hingga Hari Anti Obesitas
Menarik Dibaca: Akhir Tahun Makin Manis, Kopi Kenangan Luncurkan Toffee Nut Series Mulai Rp 19.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













