kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.383.000   -4.000   -0,17%
  • USD/IDR 16.690   35,00   0,21%
  • IDX 8.521   -25,07   -0,29%
  • KOMPAS100 1.175   -4,35   -0,37%
  • LQ45 849   -3,21   -0,38%
  • ISSI 302   -0,55   -0,18%
  • IDX30 438   -1,49   -0,34%
  • IDXHIDIV20 506   -1,40   -0,28%
  • IDX80 132   -0,51   -0,38%
  • IDXV30 137   -0,45   -0,33%
  • IDXQ30 139   -0,47   -0,34%
SOSOK /

Investasi Buffett 2025: Hindari Hype AI, Fokus Bisnis Fundamental


Jumat, 28 November 2025 / 09:45 WIB
Investasi Buffett 2025: Hindari Hype AI, Fokus Bisnis Fundamental
ILUSTRASI. Investasi Buffett 2025: Hindari Hype AI, Fokus Bisnis Fundamental.

Sumber: Investopedia | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Antusiasme terhadap saham teknologi terus meningkat sepanjang 2025, terutama didorong perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan inovasi digital.

Banyak investor mengejar sektor yang sedang populer ini dengan harapan memperoleh keuntungan besar dalam waktu singkat.

Namun, mengutip Investopedia, Warren Buffett justru mengambil arah berlawanan dengan mempertahankan strategi konservatif.

Baca Juga: 10 Orang Terkaya Indonesia Akhir November 2025: Prajogo Pangestu Masih Teratas

Ia kembali menegaskan bahwa memahami bisnis jauh lebih penting dibanding mengikuti tren. Pendekatan ini mengingatkan pada sikapnya menjelang pecahnya gelembung dotcom.

Prinsip Investasi Utama Buffett

Warren Buffett percaya bahwa investor sebaiknya berinvestasi pada bisnis yang benar-benar dipahami, dan Ia tidak menganjurkan mengikuti tren investasi yang sedang dibicarakan banyak orang.

Selain itu, ia memilih menjauh dari sektor yang sedang naik dengan mempertahankan porsi kas dan surat utang pemerintah, sekaligus mengurangi kepemilikan Apple.

Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa ia tidak membeli saham teknologi pada 1999 sampai 2000 karena tidak dapat memprediksi prospek ekonominya secara akurat.

Sikap Skeptis terhadap Euforia Teknologi

Indeks Nasdaq yang sarat saham teknologi mencapai rekor tertinggi pada 2025, namun Buffett justru semakin berhati hati.

Situasi ini serupa dengan puncak gelembung dotcom ketika ia menyatakan bahwa Berkshire Hathaway tidak memiliki saham internet karena sulit memprediksi kinerjanya.

Ia menekankan pentingnya tetap berada dalam lingkar kompetensi dan menghindari godaan berada di pusat perhatian pasar.

Pelajaran Penting dari Gelembung Dotcom

Seperti dilansir dari Investopedia, Buffett menilai bahwa industri yang bergerak cepat membuat keputusan investasi lebih bersifat spekulatif.

Setelah gelembung dotcom pecah, ia menegaskan bahwa menempatkan modal pada sektor yang sangat dinamis harus dianggap sebagai tindakan spekulatif, sesuatu yang tidak sesuai dengan pendekatan investasinya.

Langkah Terbaru Berkshire Hathaway

Berkshire menjaga posisi kas dan T-bill dalam jumlah besar sebagai bentuk konservatisme fiskal. Dalam laporan kepada pemegang saham, posisi kas pada 2025 berada di titik tertinggi.

Di Jepang, Buffett terus menambah kepemilikan pada konglomerasi lokal dengan perspektif jangka panjang. Selain itu, Berkshire menyetujui akuisisi bisnis bahan kimia OxyChem milik Occidental senilai US$ 9,7 miliar.

Pada saat yang sama, Buffett memangkas sebagian kepemilikan Apple meski saham tersebut masih menjadi posisi terbesar.

Tonton: Harga Emas Antam Terkikis Pagi Hari Ini (28 November 2025)

Alasan Buffett Tetap Mengabaikan Hype Teknologi

Gerakan kontrarian Buffett bukan sekadar sikap berlawanan melainkan cerminan pandangannya terhadap bisnis.

Ia memegang prinsip bahwa kemampuan memprediksi kekuatan laba lebih penting daripada narasi yang menarik.

Prinsip ini sama seperti alasannya melewatkan saham teknologi pada akhir 1990-an dan tetap relevan pada momentum AI saat ini.

Selain itu, harga wajar dan daya tahan perusahaan dinilai lebih penting dibanding popularitas pasar.

Fokus pada Bisnis, Bukan Spekulasi

Baginya, investasi harus berfokus pada kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dalam beberapa tahun mendatang.

Jika hal tersebut tidak bisa dijelaskan secara pasti, maka keputusan tersebut hanya bersifat spekulatif. Ia pernah menegaskan bahwa spekulasi bukan tindakan ilegal atau tidak bermoral, namun itu bukan permainan yang ingin ia jalani.

Karena itu, kas besar dan pemilihan bisnis yang stabil menjadi penerapan prinsip yang sama seperti ketika ia menghindari gelembung dotcom. Investor tidak harus menentang teknologi, tetapi mereka tidak perlu membeli saham mahal yang sedang diburu banyak orang secara berlebihan.

Selanjutnya: Kurs Transaksi BI Jumat, 28 November 2025: Cek Posisi Rupiah ke Dolar AS hingga Euro

Menarik Dibaca: 8 Film Romantis Netflix Asal Amerika Penuh Cerita Manis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

×