Sumber: Kabupaten Jombang,KPU Temanggung,NU Jatim | Editor: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - K. H. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur dikenal sebagai sosok pemimpin berjiwa humanis, pluralis, dan penuh keberanian moral.
Ia bukan hanya seorang ulama, melainkan juga negarawan dan pemikir progresif yang membawa pengaruh besar bagi perjalanan demokrasi Indonesia.
Pada peringatan Hari Pahlawan tahun ini (10/11), pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Gus Dur atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kebebasan, keadilan, serta penghormatan terhadap perbedaan di Tanah Air.
Baca Juga: Profil Presiden ke-2 RI Soeharto: Resmi Terima Gelar Pahlawan Nasional
Asal Usul dan Latar Belakang Keluarga
Mengutip dari laman resmi Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Temanggung, Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, pada 7 September 1940.
Ia berasal dari keluarga pesantren terkemuka yang berperan penting dalam sejarah Islam Indonesia. Ayahnya, K. H. Wahid Hasyim, pernah menjabat sebagai Menteri Agama pertama Republik Indonesia.
Sementara kakeknya, K. H. Hasyim Asy’ari, merupakan pendiri organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).
Sejak kecil, Gus Dur tumbuh dalam lingkungan yang sarat nilai keilmuan dan spiritualitas. Pendidikan pesantren menjadi dasar pembentukan karakternya yang toleran dan berpikiran terbuka.
Ia dikenal sebagai anak yang gemar membaca dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap berbagai bidang, terutama sejarah, politik, dan kebudayaan.
Pendidikan dan Perjalanan Intelektual
Bersumber dari situs Pemerintah Kabupaten Jombang, Gus Dur menempuh pendidikan dasar di Yogyakarta sebelum melanjutkan ke berbagai pesantren di Jawa Timur.
Pada tahun 1963, ia mendapat beasiswa belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo, kemudian melanjutkan studi di Universitas Baghdad, Irak.
Pengalaman pendidikan internasional itu membentuk pandangan keagamaannya yang inklusif dan modern.
Sekembalinya ke Indonesia pada awal 1970-an, Gus Dur aktif sebagai penulis dan intelektual publik. Ia menulis artikel dan esai yang mengkritisi ketimpangan sosial serta kebijakan pemerintah Orde Baru.
Pandangan kritis dan pemikiran terbukanya membuatnya disegani di kalangan akademisi maupun tokoh agama.
Kiprah di Organisasi dan Dunia Politik
Melansir NU Jawa Timur, Gus Dur mulai aktif di Nahdlatul Ulama pada akhir 1970-an dan terpilih sebagai Ketua Umum PBNU pada tahun 1984.
Di bawah kepemimpinannya, NU kembali ke khittah sebagai organisasi sosial-keagamaan yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan kemandirian umat.
Selepas reformasi, Gus Dur mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebagai wadah politik yang berlandaskan nilai-nilai keislaman moderat.
Pada tahun 1999, ia terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4. Selama masa kepemimpinannya, Gus Dur menghapus berbagai bentuk diskriminasi, antara lain dengan mengakui kembali agama Konghucu, memulihkan perayaan Imlek, dan mengganti nama Irian Jaya menjadi Papua.
Langkah-langkah tersebut mencerminkan komitmennya terhadap keadilan sosial dan persatuan bangsa.
Tonton: Media Asing Ramai Ulas Rencana Indonesia Pangkas Nol dari Rupiah
Nilai dan Pemikiran Gus Dur
Gus Dur dikenal dengan pandangan hidup yang menempatkan kemanusiaan di atas perbedaan. Ia menegaskan bahwa keberagaman adalah anugerah yang harus dijaga, bukan dihindari.
Dalam pandangannya, agama tidak boleh dijadikan alat politik atau pemisah di tengah masyarakat.
Selain itu, Gus Dur juga menekankan pentingnya kebebasan berpikir dan dialog antaragama. Ia sering menolak pandangan ekstrem, baik dari kelompok agama maupun politik.
Pemikirannya yang terbuka membuatnya sering dijuluki sebagai Bapak Pluralisme Indonesia.
Pengakuan dan Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional
Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 dan dimakamkan di kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang. Warisan gagasannya terus hidup dalam semangat toleransi masyarakat Indonesia.
Pada peringatan Hari Pahlawan 10 November 2025, pemerintah resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Gus Dur sebagai bentuk penghargaan atas perjuangannya menegakkan demokrasi, pluralisme, dan nilai kemanusiaan.
Gelar ini menegaskan bahwa perjuangan Gus Dur tidak hanya milik kalangan tertentu, tetapi menjadi inspirasi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selanjutnya: Empat Pabrik Rokok Kecil Asal Kebumen Ini Kantongi Legalitas dari Menkeu Purbaya
Menarik Dibaca: Pocky Kolaborasi dengan Hololive Indonesia, Sasar Pasar Muda Penggemar VTuber
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













