kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.491.000   8.000   0,32%
  • USD/IDR 16.757   21,00   0,13%
  • IDX 8.610   -8,64   -0,10%
  • KOMPAS100 1.188   4,72   0,40%
  • LQ45 854   1,82   0,21%
  • ISSI 307   0,26   0,08%
  • IDX30 439   -0,89   -0,20%
  • IDXHIDIV20 511   -0,15   -0,03%
  • IDX80 133   0,33   0,25%
  • IDXV30 138   0,47   0,34%
  • IDXQ30 140   -0,47   -0,33%
SOSOK /

CEO Nvidia dan OpenAI Beda Pandangan soal AI di Dunia Kerja


Minggu, 21 Desember 2025 / 12:00 WIB
CEO Nvidia dan OpenAI Beda Pandangan soal AI di Dunia Kerja
ILUSTRASI. CEO Nvidia dan OpenAI Beda Pandangan soal AI di Dunia Kerja (Kelley L Cox/USA TODAY Sports via REUTERS)

Sumber: Investopedia | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terus memicu perdebatan tentang masa depan dunia kerja.

Kemampuan AI yang semakin canggih dinilai tidak hanya mengubah cara perusahaan beroperasi, tetapi juga berpotensi menggeser peran tenaga kerja manusia.

Di tengah kekhawatiran tersebut, dua tokoh utama industri teknologi, CEO Nvidia Jensen Huang dan CEO OpenAI Sam Altman, menyampaikan pandangan yang memberikan gambaran lebih seimbang mengenai dampak AI terhadap pasar tenaga kerja.

Baca Juga: Strategi Oracle di TikTok AS: Ellison Kembali ke Peringkat Atas Miliarder

Isu ini relevan karena adopsi AI meningkat pesat di berbagai sektor, mulai dari manufaktur, teknologi informasi, hingga jasa keuangan. Bagi pelaku usaha dan investor, perubahan ini berpengaruh pada strategi bisnis, produktivitas, serta kebutuhan tenaga kerja ke depan.

Jensen Huang: Pekerjaan Berubah, Bukan Hilang

CEO Nvidia Jensen Huang menilai AI akan mengubah hampir seluruh jenis pekerjaan, bukan sekadar menghilangkannya. Dalam sebuah acara teknologi di Paris pada Juni 2025,

Huang menyampaikan bahwa setiap orang akan merasakan dampak AI dalam pekerjaannya. Namun, ia menekankan bahwa perubahan tersebut tidak selalu bermakna negatif.

Menurut Huang, peningkatan produktivitas akibat AI justru dapat mendorong penciptaan lapangan kerja baru. Ia menyebut bahwa sepanjang sejarah, kemajuan teknologi kerap menimbulkan kekhawatiran serupa, tetapi pada akhirnya membuka peluang ekonomi yang lebih luas.

“Beberapa pekerjaan akan menjadi usang, tetapi banyak pekerjaan baru akan tercipta. Ketika perusahaan menjadi lebih produktif, mereka cenderung merekrut lebih banyak orang,” ujar Huang, melansir laporan Investopedia.

Pernyataan tersebut juga menjadi tanggapan atas pandangan pesimistis yang menyebut AI berpotensi menghapus sebagian besar pekerjaan level awal di perkantoran.

Huang menilai proyeksi tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan dinamika ekonomi dan pasar tenaga kerja ketika teknologi baru diadopsi secara luas.

Baca Juga: Profil Lengkap Lip-Bu Tan, CEO Intel dengan Kekayaan Miliaran Dolar

Sam Altman: Ada Kelas Pekerjaan yang Menghilang

Sementara itu, CEO OpenAI Sam Altman mengakui bahwa AI memang berpotensi menghilangkan seluruh kelas pekerjaan tertentu.

Pada publikasi bulan Juni 2025, Altman menyebut bahwa seiring kemampuan AI yang semakin maju, sejumlah jenis pekerjaan dapat menjadi tidak relevan.

Altman mencontohkan bagaimana teknologi AI generatif saat ini telah mampu melakukan berbagai tugas kompleks yang sebelumnya membutuhkan keahlian manusia tingkat tinggi.

Ia bahkan menyebut bahwa sistem seperti ChatGPT telah melampaui kemampuan individu manusia dalam banyak aspek pemrosesan informasi, dikutip dari Investopedia.

Meski demikian, Altman menegaskan bahwa risiko tersebut tidak berarti masa depan tenaga kerja sepenuhnya suram. Ia menilai manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi.

Menurutnya, sejarah menunjukkan bahwa masyarakat selalu menemukan solusi baru ketika menghadapi perubahan besar akibat teknologi.

Dampak bagi Dunia Usaha dan Investor

Bagi perusahaan, AI tidak hanya dipandang sebagai ancaman terhadap tenaga kerja, tetapi juga sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.

Otomatisasi berbasis AI memungkinkan pengurangan pekerjaan rutin, sehingga sumber daya manusia dapat dialihkan ke tugas yang lebih strategis dan bernilai tambah.

Dalam konteks ini, dampak AI terhadap ketenagakerjaan bersifat struktural. Perusahaan yang mampu memanfaatkan AI secara efektif berpeluang tumbuh lebih cepat dan memperluas skala usaha.

Kondisi tersebut pada akhirnya dapat menciptakan kebutuhan tenaga kerja baru dengan keterampilan yang berbeda.

Bagi investor, perkembangan ini menjadi faktor penting dalam menilai prospek jangka panjang perusahaan. Emiten yang berinvestasi pada teknologi AI sekaligus pengembangan sumber daya manusia dinilai lebih siap menghadapi perubahan ekonomi berbasis teknologi.

Tonton: Putin : Sekjen NATO Enggak Paham Strategi

Tantangan Adaptasi Tenaga Kerja

Meski peluang terbuka, tantangan adaptasi tetap besar. Perubahan kebutuhan keahlian menuntut peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pelatihan ulang dan pendidikan berkelanjutan.

Tanpa upaya tersebut, risiko ketimpangan di pasar tenaga kerja dapat meningkat, terutama bagi pekerja dengan keterampilan yang mudah tergantikan oleh otomasi.

Peran pemerintah, dunia pendidikan, dan sektor swasta menjadi krusial dalam memastikan transisi ini berjalan lebih inklusif. Investasi pada literasi digital dan pengembangan keterampilan baru menjadi kunci agar tenaga kerja mampu mengikuti perubahan yang didorong oleh AI.

Pandangan Jensen Huang dan Sam Altman menunjukkan bahwa masa depan pekerjaan di era AI tidak bersifat hitam putih. AI membawa risiko sekaligus peluang, dan akan membentuk ulang cara bekerja serta berbisnis dalam jangka panjang.

Selanjutnya: Dana Transaksi Tidak Sesuai? Ini Cara Mudah Atur Selisih Pencairan Dana Merchant

Menarik Dibaca: Dana Transaksi Tidak Sesuai? Ini Cara Mudah Atur Selisih Pencairan Dana Merchant

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag

TERBARU

×