Sumber: Investopedia | Editor: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Bagi banyak orang, emas dianggap sebagai investasi paling aman di masa penuh ketidakpastian.
Nilainya cenderung stabil, bahkan sering naik ketika ekonomi sedang goyah. Namun, menurut investor legendaris Warren Buffett, emas bukanlah instrumen yang layak dijadikan investasi utama.
Ia menyebut emas sebagai “aset tidak produktif” yang hanya menarik karena rasa takut pasar.
Baca Juga: CEO JPMorgan Tegur Pegawai yang Buka Email Saat Rapat: Itu Tidak Sopan
Buffett Anggap Emas Tidak Menghasilkan Nilai
Mengutip dari Investopedia, Buffett berulang kali menyampaikan kritik tajam terhadap investasi emas. Dalam surat tahunan Berkshire Hathaway tahun 2011, ia menulis bahwa emas “tidak berguna secara produktif” dan “tidak menghasilkan apa pun.”
Artinya, emas tidak menciptakan nilai baru seperti perusahaan yang menjual produk, membayar dividen, atau memperluas usahanya.
Dalam beberapa kesempatan, Buffett juga mengatakan bahwa membeli emas sama seperti “membayar seseorang untuk menjaga batu yang tidak menghasilkan apa pun.”
Ia menilai, meskipun harga emas bisa naik, kenaikan itu lebih didorong oleh sentimen ketakutan daripada nilai intrinsik.
Mengapa Buffett Lebih Suka Bisnis dan Saham
Bagi Buffett, investasi terbaik adalah aset yang menghasilkan arus kas nyata. Bisnis produktif—seperti perusahaan yang menjual barang atau jasa, mampu meningkatkan nilai dari waktu ke waktu.
Menurutnya, uang yang diinvestasikan pada bisnis memiliki potensi tumbuh jauh lebih besar dibandingkan logam mulia yang hanya diam di brankas.
Buffett percaya pada prinsip “membiarkan uang bekerja untuk Anda.” Karena itu, ia lebih memilih saham-saham perusahaan unggulan yang bisa mencetak keuntungan berkelanjutan dibanding emas yang nilainya stagnan kecuali jika pasar panik.
Kapan Emas Masih Layak Dipertimbangkan
Meski skeptis, Buffett tidak sepenuhnya menolak keberadaan emas.Emas tetap bisa berfungsi sebagai alat lindung nilai (hedging).
Dalam kondisi ekonomi global yang tidak stabil atau inflasi tinggi, emas dapat membantu menjaga nilai aset.
Namun porsinya sebaiknya kecil saja, sekitar 1 hingga 2,5 persen dari total portofolio. Tujuannya bukan untuk mencari keuntungan besar, tetapi untuk menjaga keseimbangan ketika pasar saham bergejolak.
Tonton: Suasana Hangat Ulang Tahun ke 74 Prabowo di Istana: Doa, Tumpeng, dan Canda Santai
Pelajaran dari Filosofi Buffett
- Fokus pada aset produktif. Pilih investasi yang menghasilkan arus kas seperti saham, reksa dana, atau bisnis.
- Jangan ikut-ikutan tren. Harga emas bisa naik, tapi juga bisa turun drastis.
- Gunakan emas sebagai pelengkap, bukan andalan. Letakkan emas hanya sebagai cadangan, bukan sumber utama kekayaan.
- Pahami risiko dan tujuan investasi. Setiap aset punya kelebihan dan kekurangan; kuncinya adalah keseimbangan.
Warren Buffett memandang emas bukan sebagai musuh, tetapi sebagai aset yang tidak efisien untuk pertumbuhan jangka panjang.
Menurutnya, emas bisa melindungi nilai saat krisis, tetapi tidak akan menciptakan kekayaan baru.
Investor sebaiknya belajar dari prinsipnya: fokuslah pada investasi produktif yang memberi hasil nyata, sambil tetap bijak menempatkan sebagian kecil dana untuk perlindungan nilai.
Selanjutnya: Mantan Danpaspamres Era Jokowi, Marsda TNI Wahyu Hidayat Sudjatmiko Tutup Usia
Menarik Dibaca: Jadwal Final Denmark Open 2025, Jonatan Christie Menuju Gelar Kedua Secara Beruntun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News