kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.425.000   10.000   0,41%
  • USD/IDR 16.632   -53,00   -0,32%
  • IDX 8.606   57,31   0,67%
  • KOMPAS100 1.189   7,37   0,62%
  • LQ45 854   2,76   0,32%
  • ISSI 306   2,38   0,79%
  • IDX30 440   0,83   0,19%
  • IDXHIDIV20 509   3,17   0,63%
  • IDX80 133   0,64   0,48%
  • IDXV30 140   1,35   0,97%
  • IDXQ30 140   0,53   0,38%
SOSOK /

Strategi Warren Buffett: Investasi Pasif Kalahkan Trader Aktif


Selasa, 02 Desember 2025 / 09:41 WIB
Strategi Warren Buffett: Investasi Pasif Kalahkan Trader Aktif
ILUSTRASI. Strategi Warren Buffett: Investasi Pasif Kalahkan Trader Aktif.

Sumber: Investopedia | Editor: Tiyas Septiana

KONTAN.CO.ID -  Investor sering merasa keputusan jual-beli yang cepat dapat meningkatkan peluang keuntungan. Namun, pemikiran tersebut kerap bertolak belakang dengan kenyataan, terutama ketika biaya transaksi dan pajak mulai menggerus hasil investasi. 

Melansir dari Investopedia, praktik ini telah lama menjadi perhatian Warren Buffett yang menilai bahwa sebagian besar investor gagal bukan karena kurangnya kecerdasan, tetapi karena terlalu sering melakukan aktivitas jual-beli. 

Pandangannya menunjukkan bahwa performa investasi lebih dipengaruhi efisiensi biaya dibanding kemampuan memilih saham terbaik.

Baca Juga: Bos Vingroup, Pham Nhat Vuong, Tembus 100 Besar Orang Terkaya di Dunia

Kebiasaan hiperaktif dalam bertransaksi membuka banyak ruang bagi kesalahan psikologis dan keputusan emosional. 

Banyak investor berasumsi bahwa frekuensi transaksi sejalan dengan peluang keuntungan yang lebih besar. Sayangnya, struktur pasar dan sistem biaya bekerja sebaliknya. 

Ketika investor pasif cenderung menerima hasil pasar secara utuh, investor aktif justru memotong return-nya sendiri melalui biaya yang tidak mereka sadari. 

Bagaimana Biaya Menggerus Kinerja Investasi

Dilansir dari Investopedia, Buffett menjelaskan bahwa investor aktif dan investor pasif sebenarnya menerima gross return yang relatif sama dari pasar. 

Perbedaannya terlihat pada biaya yang ditanggung masing-masing. Investor aktif harus menanggung komisi broker, bid-ask spread, beban riset, serta biaya manajemen yang membuat return bersih jauh lebih rendah. 

Beban transaksi yang dianggap kecil akan terkumpul menjadi penggerus performa, terutama ketika aktivitas jual beli dilakukan berulang.

Salah satu bukti paling terkenal adalah taruhan senilai US$1 juta yang dibuat Buffett pada 2007. Ia menantang industri hedge fund untuk mengalahkan kinerja satu reksa dana indeks S&P 500 dalam waktu 10 tahun. 

Hasilnya mencolok, karena reksa dana indeks mencatat imbal hasil sekitar 7,1 persen per tahun sementara lima kelompok hedge fund hanya menghasilkan sekitar 2,2 persen setelah pajak dan biaya. 

Perbedaan ini menunjukkan bagaimana struktur biaya multilevel pada dana aktif menjadi hambatan besar bagi pengelolanya untuk memberikan keuntungan optimal bagi investor.

Selain biaya manajemen, pajak juga berperan dalam menurunkan hasil investasi. Di Amerika Serikat, keuntungan jangka pendek dikenakan pajak lebih tinggi dibanding keuntungan jangka panjang.

Setiap penjualan saham sebelum satu tahun akhirnya menyisakan potongan tambahan yang menggerus hasil. Investor pasif yang jarang melakukan transaksi justru mendapatkan keuntungan lebih besar karena beban pajaknya lebih rendah.

Perilaku yang Memicu Kerugian Investor Aktif

Biaya hanyalah salah satu faktor penurun performa investor, sedangkan perilaku manusia yang mengambil peran paling besar.

Banyak investor yang terlalu percaya diri pada kemampuan mereka membaca pasar sehingga melakukan transaksi berulang untuk mengejar keuntungan cepat.

Sayangnya, keputusan ini sering didasarkan pada emosi, bukan analisis mendalam, sehingga investor cenderung membeli ketika harga tinggi dan menjual saat harga turun.

Penelitian perilaku keuangan menunjukkan bahwa rumah tangga dengan frekuensi transaksi tertinggi dapat mengalami underperformance hingga 7 persen per tahun dibanding investor bertransaksi rendah.

Kesenjangan ini bukan karena kurangnya informasi, tetapi karena kesalahan heuristik dan bias psikologis seperti terlalu percaya diri, chasing past performance, serta rasa takut kehilangan momentum pasar.

Tonton: Penjualan Mobil LCGC Anjlok 34%, Sinyal Daya Beli Makin Melemah

Apakah Trading Bisa Menguntungkan?

Meskipun Buffett tegas terhadap risiko trading berlebihan, beberapa penelitian mengungkap bahwa aktivitas jual beli dapat bermanfaat dalam kondisi tertentu. Investor dapat memperoleh keuntungan jika transaksi dilakukan untuk rebalancing portofolio, pengelolaan risiko, atau tax loss harvesting.

Namun, praktik ini memerlukan kedisiplinan tinggi serta pemahaman terhadap struktur biaya pasar. Selama komisi, spread, dan pajak masih menjadi faktor yang tidak dapat dihilangkan, pola perhitungan biaya Buffett tetap relevan untuk menilai efektivitas strategi investasi.

Mengapa Investor Pasif Cenderung Menang

Pandangan Buffett bukan sekadar teori. Perbedaan antara investor aktif dan pasif berasal dari mekanisme pasar yang nyata. Jika dua investor menerima gross return yang sama, maka investor yang menanggung biaya lebih rendah akan berakhir dengan kekayaan lebih tinggi.

Pendekatan pasif meminimalkan gerakan, sehingga setiap potongan biaya dapat ditekan secara maksimal. Sebaliknya, investor yang terlalu sering bertransaksi akan terus kehilangan sebagian return kepada broker, pasar, dan otoritas pajak.

Pemahaman ini menjadi dasar mengapa Buffett selalu menganjurkan investasi jangka panjang melalui indeks biaya rendah. Strategi tersebut bukan hanya sederhana, tetapi telah terbukti mampu memberikan hasil lebih stabil dan konsisten dibanding upaya mengalahkan pasar dengan frekuensi transaksi tinggi.

Selanjutnya: Grafik Harga Emas Antam, Hari Ini Naik atau Turun (2 Desember 2025)?

Menarik Dibaca: Naik Lagi, Simak Harga Emas Antam Hari Ini Selasa 2 Desember 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

×