Sumber: Investopedia | Editor: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Pergerakan pasar saham yang naik turun sering kali menimbulkan rasa cemas, terutama bagi investor pemula.
Harga yang berubah cepat membuat banyak orang tergoda untuk bereaksi secara emosional, entah dengan menjual terlalu cepat atau membeli tanpa perhitungan.
Namun, di tengah fluktuasi yang tidak menentu, Warren Buffett menunjukkan bahwa kunci sukses bukanlah pada kemampuan memprediksi pasar, melainkan pada ketenangan dan disiplin dalam berinvestasi.
Baca Juga: Simak Kurs Transaksi BI Kamis, 16 Oktober 2025: Intip Nilai Tukar Rupiah!
Melihat Saham sebagai Kepemilikan Bisnis
Warren Buffett selalu mengingatkan bahwa membeli saham berarti memiliki sebagian dari sebuah perusahaan, bukan sekadar memperjualbelikan angka di layar.
Melansir dari Investopedia, ia menilai pentingnya memahami kualitas bisnis, daya saing, manajemen, dan prospek jangka panjang sebelum mengambil keputusan investasi.
Dengan cara pandang tersebut, investor tidak akan mudah panik ketika harga saham turun sesaat. Sebaliknya, fokus utama tetap pada kinerja dan nilai intrinsik perusahaan yang dimiliki.
Menjadi Berani Saat Orang Lain Takut
Ungkapan terkenal Buffett berbunyi, “Bersikaplah takut ketika orang lain serakah, dan serakah ketika orang lain takut.” Prinsip ini, dikutip dari Investopedia, mengajarkan bahwa kesempatan terbaik sering muncul di saat pasar dikuasai ketakutan.
Contohnya, pada krisis keuangan tahun 2008, ketika banyak investor menjual aset karena panik, Buffett justru membeli saham dan bisnis yang dianggap undervalued.
Keputusan berani di tengah ketakutan tersebut berbuah keuntungan besar ketika ekonomi mulai pulih.
Menyimpan Dana Siaga dengan Tujuan yang Jelas
Buffett selalu menjaga ketersediaan dana kas untuk menghadapi dua situasi penting. Pertama, sebagai cadangan ketika kondisi ekonomi memburuk.
Kedua, sebagai modal untuk membeli saham berkualitas saat harganya jatuh di bawah nilai wajar.
Namun, ia juga menegaskan bahwa menyimpan kas bukan berarti pasif. Dana tersebut baru bermanfaat ketika digunakan dengan tepat pada waktu yang strategis.
Tidak Terbawa Suara Bising Pasar
Media keuangan sering kali dipenuhi dengan berbagai prediksi dan spekulasi. Buffett memilih untuk mengabaikan kebisingan itu dan tetap berpegang pada analisis fundamental.
Seperti dilansir dari Investopedia, ia lebih percaya pada pendekatan jangka panjang dengan memegang saham selama perusahaan tersebut terus menunjukkan kinerja yang solid.
Filosofi “masa kepemilikan terbaik adalah selamanya” menggambarkan cara berpikirnya yang sabar dan konsisten. Dengan fokus pada nilai jangka panjang, ia mampu bertahan dari berbagai gejolak yang membuat banyak investor lain terseret emosi.
Tonton: Ekonomi AS Rugi Rp 248 Triliun per Hari Akibat Shutdown
Inti Pelajaran dari Buffett
Dari sikap dan pengalaman Warren Buffett, ada beberapa pelajaran penting yang dapat diambil oleh para investor:
- Pandanglah saham sebagai bagian dari bisnis, bukan sekadar instrumen perdagangan.
- Bersikaplah rasional ketika pasar panik dan gunakan kesempatan untuk menambah aset berkualitas.
- Siapkan dana siaga agar siap mengambil peluang pada saat yang tepat.
- Abaikan kebisingan pasar dan tetap berfokus pada nilai jangka panjang.
Pasar akan selalu berfluktuasi, tetapi disiplin dan ketenangan akan membawa investor melewati masa sulit dengan lebih bijak. Seperti yang ditunjukkan Buffett, kesabaran dan keyakinan pada nilai jangka panjang adalah fondasi dari keberhasilan sejati dalam dunia investasi.
Selanjutnya: AS Tambah Pembelian Peso Argentina, Siapkan Fasilitas Utang US$20 Miliar
Menarik Dibaca: Bergerak Fluktuatif, IHSG Naik 0,5% Pada Perdagangan Kamis Pagi (16/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News