Sumber: Investopedia | Editor: Tiyas Septiana
KONTAN.CO.ID - Nama Warren Buffett telah lama menjadi simbol kesuksesan dalam dunia investasi. Pendiri Berkshire Hathaway ini dikenal karena kemampuannya memilih saham yang memberikan keuntungan luar biasa selama puluhan tahun.
Mengutip dari Investopedia, sejak tahun 1965 Buffett berhasil mencatatkan pengembalian lebih dari lima juta persen berkat strategi investasi nilainya yang konsisten.
Strategi tersebut bukanlah rahasia tersembunyi atau formula rumit, melainkan prinsip yang sederhana namun kuat.
Baca Juga: Kisah Michael Dell Sukses Masuk 10 Besar Orang Terkaya di Dunia
Buffett berinvestasi hanya pada bisnis yang dipahaminya, mencari perusahaan berkualitas, membeli saat harga undervalued, serta berorientasi jangka panjang.
Berikut empat pilar utama dalam strategi investasi nilai Buffett yang dapat diterapkan oleh investor di berbagai tingkat pengalaman.
Investasi pada Bisnis yang Dipahami
Prinsip pertama Buffett adalah hanya berinvestasi pada bisnis yang benar-benar ia pahami. Ia menyebut konsep ini sebagai “lingkaran kompetensi” atau circle of competence.
Menurut penjelasan di Investopedia, Buffett kerap menolak saham teknologi pada masa gelembung dotcom karena merasa tidak memahami model bisnisnya secara menyeluruh.
Bagi Buffett, pemahaman mendalam terhadap suatu bisnis memberi kemampuan untuk menilai apakah perusahaan tersebut memiliki prospek jangka panjang, arus kas yang sehat, dan risiko yang terkendali. Investor tidak seharusnya membeli saham hanya karena tren atau popularitas sesaat.
Prinsip ini dapat diterapkan dengan berfokus pada sektor yang mudah dipahami, seperti perbankan, konsumen, atau infrastruktur. Dengan begitu, investor dapat membuat keputusan berdasarkan analisis rasional, bukan emosi atau spekulasi.
Fokus pada Kualitas Perusahaan
Setelah memahami bisnisnya, Buffett menekankan pentingnya memilih perusahaan berkualitas tinggi. Ia lebih memilih “perusahaan luar biasa dengan harga wajar” daripada “perusahaan biasa dengan harga murah”.
Investopedia menjelaskan bahwa ia mencari perusahaan dengan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, sering disebut economic moat.
Ciri perusahaan berkualitas menurut Buffett antara lain memiliki merek kuat, posisi pasar dominan, arus kas stabil, dan manajemen yang jujur serta kompeten.
Contohnya adalah Coca-Cola, yang telah menjadi salah satu investasi paling sukses bagi Berkshire Hathaway karena kekuatan mereknya yang sulit disaingi.
Artinya tidak cukup hanya mencari saham dengan rasio harga terhadap laba yang rendah. Perhatikan juga apakah perusahaan memiliki pondasi bisnis yang tangguh dan mampu bertahan terhadap tekanan pasar.
Tonton: Dinonaktifkan, Ahmad Sahroni, Nafa Urbach dan Eko Patrio Tetap Anggota DPR
Membeli Saat Harga di Bawah Nilai Wajar
Prinsip ketiga dari strategi Buffett adalah membeli saham yang nilainya lebih rendah dari harga pasar atau undervalued. Ia selalu mencari perusahaan yang memiliki nilai intrinsik tinggi namun belum sepenuhnya dihargai oleh pasar.
Buffett menilai valuasi dengan melihat rasio keuangan seperti harga terhadap laba, tingkat utang, serta arus kas bebas. Jika ia menemukan perusahaan dengan keunggulan jangka panjang tetapi sedang diabaikan pasar, maka ia melihatnya sebagai peluang emas.
Pendekatan ini bisa dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan secara rutin dan membandingkannya dengan perusahaan sejenis di industri yang sama. Jika harga saham masih lebih rendah dari nilai wajarnya, itulah saat terbaik untuk membeli.
Berpikir dan Bertindak Jangka Panjang
Buffett terkenal dengan pandangan investasinya yang berorientasi jangka panjang. Ia sering mengatakan bahwa periode kepemilikan favoritnya adalah “selamanya”. Pandangan ini menggambarkan kesabarannya dalam menunggu hasil dari investasi yang telah dipilih dengan hati-hati.
Dengan berfokus pada jangka panjang, investor dapat menikmati efek penggandaan atau compounding yang membuat keuntungan meningkat dari waktu ke waktu. Pendekatan ini juga membantu menghindari godaan untuk sering berpindah saham karena fluktuasi harga jangka pendek.
Investor bisa meniru gaya Buffett dengan tidak terburu-buru menjual saham berkualitas hanya karena harganya sedang menurun. Kesabaran dan konsistensi menjadi kunci agar nilai investasi tumbuh secara berkelanjutan.
Selanjutnya: Surya Semesta Internusa (SSIA) Raih Marketing Sales Rp352,6 Miliar per September 2025
Menarik Dibaca: Bekasi Siap Punya TOD Baru, Potensi Investasi Properti di Timur Jakarta Meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













